>

Sistem Bagi Hasil

Penjualan mas koki dengan sistem bagi hasil dapat dianggap sebagai pemecahan masalah pemasaran bagi petani ikan hias yang bermodal lemah. Dengan sistem bagi hasil ini, petani menitipkan hasil produksinya kepada pedagang perantara (misalnya toko penjualan ikan hias atau pedagang pengecer) dengan harga tertentu. Selanjutnya pedagang perantara akan menentukan harga jual ikan ini kepada konsumen akhir (para penggemar ikan hias) dengan memperhitungkan prosentase keuntungan yang harus diperolehnya.

Dengan cara demikian, keuntungan yang diterima oleh petani ikan menjadi relatif rendah bila dibandingkan dengan penjualan yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir. Berkurangnya tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh petani disebabkan karena harus dibagi dengan pedagang perantara dan juga harus menyediakan anggaran untuk membiayai pengeluaran pada pos-pos tertentu. Semakin banyak jumlah pedagang perantara yang terlibat di dalam rantai pemasaran, maka semakin kecil keuntungan yang didapat oleh masing-masing pihak. Sedangkan harga jual ikan di tingkat konsumen akhir sudah jauh lebih tinggi bila dibandigkan dengan harga jual di tingkat produsen. Selain ditentukan oleh panjangnya rantai pemasaran, tingginya harga ikan di tingkat konsumen akhir sangat dipengaruhi oleh besarnya prosentase keuntungan yang diambil oleh pedagang perantara.

Secara garis besarnya, penjualan ikan dengan sistem bagi hasil dapat digambarkan dengan diagram di bawah ini:

Dijual Langsung Kepada Konsumen Akhir

Dalam hal ini, petani mas koki menjual produknya langsung kepada konsumen akhir, yaitu para penggemar ikan hias. Penjualan mas koki dengan cara demikian akan dapat menghasilkan keuntungan yang relatif besar, karena sebagian pengeluaran yang diperlukan untuk membiayai mata rantai perdagangannya dapat dihilangkan. 

Penjualan mas koki langsung kepada konsumen akhir dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Penjualan ikan secara aktif dapat dilakukan dengan cara mendatangi langsung calon pembeli, yaitu dengan cara menjajakan ikan mas koki berkeliling ke daerah permukiman yang padat penduduknya. Penjualan ikan secara pasif dapat dilakukan dengan menanti kedatangan calon pembeli. Biasanya petani penjual ikan hias akan membuka toko di tempat-tempat yang strategis dengan tujuan agar mudah dicari dan dijangkau oleh para penggemar ikan hias dari segala penjuru. Seandainya mengalami kesulitan dalam hal biaya pemilikan atau penyewaan toko, maka petani ikan hias dapat menanti calon pembelinya dilokasi kolam usahanya.

Pemberantasan Penyakit dan Parasit

Bila terjadi serangan penyakit atau parasit terhadap ikan yang dipelihara, adapun cara untuk mengatasinya yaitu melakukan usaha pemberantasan secepat mungkin agar kerugian yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Jika serangan penyakit atau parasit belum terlalu parah, maka dapat diatasi dengan penggunaan zat kimia. Akan tetapi bila serangannya telah demikian parah, sebaiknya seluruh ikan yang terserang dimusnahkan saja agar tidak menular ke kolam lainnya.
 
Penggunaan zat kimia untuk memberantas serangan penyakit atau parasit pada ikan peliharaan harus didasarkan pada jenis organisme dan tempat penyerangan. Jenis organisme penyakit atau parasit yang menyerang ikan umumnya termasuk golongan virus, bakteri, jamur atau hewan invertebrata. Sedangkan bagian tubuh ikan yang sering diserang adalah bagian luar seperti kulit atau sisik, dan bagian dalam tubuh seperti insang, daging atau saluran pencernaan. Sebagai contoh jenis-jenis penyakit atau parasit yang sering menyerang ikan mas koki adalah :
 
1.  Argulus
 
Argulustermasuk golongan udang primitif yang berbentuk bulat pipih. Tubuhnya terlindungi oleh lapisan keras yang transparan. Argulus mempunyai ukuran tubuh yang relatif besar, sehingga secara mudah dapat terlihat dengan mata telanjang. Argulus termasuk organisme yang menyerang ikan melalui bagian kulit. Ciri-ciri ikan maskoki yang terserang argulus adalah siripnya atau bagian tubuh tertentu lainnya mengalami pendarahan. Pada bagian luka ini akan didapati satu atau sekelompok argulus. Argulus merupakan organisme yang dapat dengan mudah berpindah dari satu ekor ikan ke ikan lainnya.
 
 Selain menyerang ikan, argulus dapat pula berperan sebagai tuan rumah sementara bagi bakteri atau virus yang sering menyebabkan penyakit pada ikan. Argulus berkembang biak dengan bertelur, telurnya diletakkan dan dibiarkan menempel pada benda-benda yang terdapat disekelilingnya. Setelah menetas, telur akan menjadi larva dan kemudian mengalami beberapa kali pergantian kulit sampai menjadi argulus dewasa. Argulus ini akan meyerang ikan dengan cara yang sama, yaitu menempelkan dirinya ke seluruh permukaan tubuh ikan bagian luar. Organisme ini biasanya dapat diberantas dengan menggunakan penjepit sejenis pinset untuk melepaskannya dari tubuh ikan. telur-telur dan larvanya, dapat dibunuh dengan cara mengeringkan atau memberikan kapur ke dasar kolam. Dosis kapur yang diberikan adalah 200 gram per meter persegi dan dibiarkan selama 5 - 6 hari. Jenis obat yang cukup efektif untuk memberantas argulus adalah Neguvon, yang berbentuk tepung (serbuk) buatan Bayer, Jerman. Cara penggunaannya adalah dengan memandikan ikan didalam larutan Neguvon dengan dosis 1 gram per liter air, selama 10 - 30 menit. Dianjurkan menggunakan sarung tangan karet, karena obat ini dapat merusak kulit. Selain neguvon, bahan kimia yang cukup efektif untuk membunuh argulus adalah Abate, yaitu obat yang biasa digunakan untuk membunuh larva nyamuk penyebab penyakit malaria. Satu sendok makan Abate untuk kolam berukuran 2 X 1 meter, sudah cukup ampuh untuk membasmi argulus. Cara yang mudah dan murah untuk membasmi argulus adalah dengan menggunakan garam (NaCl) atau (NH4Cl). Ikan yang telah terserang argulus direndam dalam NaCl ( 20 gram per liter air ) selama 5 menit atau direndam dalam larutan NH4Cl ( 12,5 gram per liter air ) selama 5 - 10 menit.

2.  Dactylogyrus dan Gyrodactylus

Kedua jenis hewan ini adalah keluarga cacing yang mempunyai ukuran sangat kecil. Daerah utama yang diserangnya adalah insang dan dapat menimbulkan peradangan sehingga menyebabkan luka-luka. Kadang-kadang kulit ikan diserangnya juga, sehingga kulit ikan menjadi berlendir banyak dan pucat warnanya. Akibat dari serangan kedua hewan ini, ikan akan menjadi lemas karena pernafasannya terganggu, siripnya menguncup dan aktifitas geraknya menurun. Pada serangan awal, dactylogyrus dan gyrodactylus, dapat diatasi melalui pemberian larutan Malachet Green ke dalam kolam. Cara pembuatan larutannya adalah dengan melarutkan 1 mg Malachet Green ke dalam 300 ml air. dari larutan tersebut diambil 1 sendok makan dan dilarutkan ke dalam 200 liter air kolam. Cara lain untuk membasmi dactylogyrus dan gyrodactylus adalah dengan merendam ikan ke dalam larutan Formaldehida murni 25 ppm ( 25 ml formaldehide murni pada 1.000 liter air bersih ). Lama perendaman jangan melebihi 10 menit dan dilakukan ditempat teduh. Setelah direndam, ikan kemudian dipindahkan ke kolam yang airnya bersih. pengobatan diulangi 2 - 3 kali selama 3 hari berturut-turut agar benar-benar sembuh.
 
3.  Ichthyophtirius Multifilis
 
organisme ini biasanya menyerang lapisan lendir kulit atau sirip ikan dan dapat merusak insang sehingga sering menimbulkan pendarahan. Organisme ini adalah jasad renik dari golongan protozoa berbulu getar, yang mempunyai ukuran relatif kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata tanpa menggunakan alat bantu. Organisme ini biasanya terdapat pada lapisan lendir kulit atau sirip maupun insang ikan, umumnya membentuk koloni yang jumlahnya dapat mencapai puluhan bahkan ratusan, sehingga terlihat sebagai bintik-bintik putih. Karena itu penyakit ini disebut dengan nama " white spot ". Adapun siklus hidupnya adalah sebagai berikut : 
 
Setelah 8 hari hidup pada tubuh ikan, I. Multifilis sudah cukup dewasa untuk melaksanakan pembiakan. Caranya adalah dengan melepaskan diri dari tubuh ikan dan melekatkan dirinya pada benda-benda, tumbuhan-tumbuhan atau dinding kolam. Selajutnya organisme ini akan membentuk suatu lapisan kulit yang tampak seperti lendir. bentuk demikian lebih dikenal sebagai cyste. Dalam waktu 5 jam  (tergantung dari temperatur lingkungan ), I. multifilis telah menghasilkan ratusan sampai ribuan anak yang terlindungi didalam cyste. Setelah dinding cyste pecah, anak-anak I. multifilis akan keluar dan melayang-layang di air dan meyerang ikan dengan cara menempelkan dirinya pada lapisan lendir ikan. Apabila dalam 2 hari tidak menjumpai ikan, hewan ini akan mati. 
 
Pemberantasan I. multifilis dapat dilakukan dengan perendaman ikan yang terserang kedalam larutan NaCl murni. Dosis larutan NaCl yang dibutuhkan adalah 10 - 30 gram setiap 1 liter air. Lamanya perendaman jangan melebihi 20 menit dan ikan harus segera dimasukkan kembali ke dalam air tawar. Tujuan perendaman adalah untuk merontokkan I. multifilis dari badan ikan. Obat lain yang dianggap cukup efektif untuk memberantasnya adalah methylen blue. Caranya adalah dengan melarutkan 10 gram methylen blue ke dalam 1 liter air. Selanjutnya 2 - 4 ml larutan tersebut diencerkan hingga volumenya mencapai 4 liter dan rendamlah ikan yang sakit ke dalam larutan tersebut selama 24 jam. Keesokkan harinya, ikan dipindahkan ke kolam yang bersih dan diberi makan secukupnya. Selang 1 hari kemudian, perendaman ikan diulangi kembali. Tahapan ini dilakukan selama 3 - 5 hari, hingga ikan benar-benar sembuh. 
 
Cara lain untuk memberantas I. multifilis adalah merendam ikan yang sakit ke dalam larutan Malachet green oxalate dengan dosis 0,1 gram per meter kubik air selama 24 jam. Dapat juga dilakukan perendaman ikan ke dalam larutan formalin (dosis 25 ml per meter kubik air) selama 10 menit. Kedua perendaman diatas dapat diulangi setelah 3 hari kemudian.
 

Pencegahan Penyakit dengan Pemberian Makanan Bergizi

Cara lain untuk mencegah serangan penyakit atau parasit terhadap ikan adalah dengan menjaga kondisi ikan agar selalu dalam keadaan sehat dan memiliki ketahanan tubuh yang kuat. Hal ini dapat dilakukan dengan memberinya makanan bergizi yang mengandung cukup vitamin yang dibutuhkan untuk menambah daya tahan tubuh.

Pencegahan Penyakit dengan Sanitasi Ikan

Selain sanitasi kolam, upaya pencegahan terhadap serangan penyakit maupun parasit dapat pula dilakukan dengan cara meningkatkan sanitasi terhadap ikan. Beberapa pengusaha besar sering menggunakan teknik karantina untuk mencegah serangan penyakit atau parasit, sedangkan untuk petani kecil umumnya hanya melaksanakan sanitasi saja. Adapun caranya sebagai berikut:
  • Jangan mendatangkan atau memasukkan ikan dan air dari suatu daerah yang telah diketahui terkena wabah penyakit atau parasit.
  • Ikan-ikan yang telah memperlihatkan gejala serangan penyakit atau parasit, sebaiknya segera diasingkan dan segera diobati secara terpisah. Sedangkan ikan-ikan yang telah parah sebaiknya dimusnahkan saja dengan cara mengubur atau membakarnya.
  • Jangan membuang air bekas pengangkutan ikan ke dalam kolam, selokan atau sungai, karena dikhawatirkan mengandung bibit penyakit atau parasit yang dapat menyebar ke daerah lain.
  • Peralatan yang digunakan untuk menangkap atau menangkut ikan harus dijaga jangan sampai mengandung organisme yang membahayakan ikan. Sebaiknya, setelah digunakan, peralatan tersebut direndam dalam larutan Kalium Permanganat dengan dosis 1 gram per 50 liter air, atau dalam larutan kaporit 0,5 gram per meter kubik air.
  • Sebaiknya ikan-ikan yang akan dipindahkan atau dimasukkan ke kolam , terlebih dahulu direndam dalam larutan Kalium Permanganat dengan dosis 20 gram per meter kubik air selama 30 menit. Selama perendaman ikan harus selalu diamati apabila terlihat gejala keracunan, ikan segera diangkat dan dimasukkan ke dalam air bersih. Setelah direndam, ikan segera diangkat dan dipindahkan ke kolam pemeliharaan. Apabila dianggap perlu, perendaman dengan KMnO4 dapat dulang setelah 3 - 4 hari kemudian.

Pencegahan Penyakit dengan Sanitasi Kolam

Sanitasi kolam biasanya dilakukan dengan menjaga kebersihan kolam dan air yang digunakan. Kolam sebaiknya dikeringkan secara berkala, bahkan jika perlu dilanjutkan dengan perlakuan bahan kimia atau pengapuran. Disamping itu sampah atau lumpur harus segera dibersihkan agar tidak mengganggu kehidupan ikan di kolam. Pengeringan kolam biasanya dilakukan setelah selesai masa panen, yaitu selama 2 - 5 hari. Maksudnya untuk memutus siklus hidup organisme penyakit atau parasit yang ada di kolam. Pada kolam dengan dasar tanah, proses pengeringan kolam sering dikombinasikan dengan pengapuran. Pengapuran kolam dapat memberikan keuntungan ganda, yaitu mencegah keasaman kolam dan membunuh telur atau spora penyakit maupun parasit yang tidak mati selama proses pengeringan kolam. Dosis kapur yang digunakan adalah 200 gram per meter persegi dan dibiarkan selama 1 (satu) minggu. 
Untuk memberikan efek pengapuran yang optimal sebaiknya tanah dasar kolam digali dahulu sedalam 20 cm, kemudian baru ditaburi kapur dan diaduk hingga benar-benar tercampur. Pembuatan bak pengendap lumpur untuk menyaring air yang masuk sangat membantu dalam penyediaan air bersih, terutama jika usaha pemeliharaan ikan dilakukan dalam skala besar. Air yang digunakan untuk mengairi kolam sebaiknya diperoleh dari sumber yang bersih, bebas dari pencemaran industri maupun sampah. Kadar bahan organik yang terkandung dalam air sebaiknya jangan terlalu tinggi.
Penggunaan obat-obatan dalam sanitasi kolam bertujuan untuk membunuh  penyakit atau parasit ikan yang mungkin masih hidup atau terbawa oleh saluran air ke kolam. Tentunya harus juga diperhitungkan agar obat-obatan yang dimasukkan ke kolam tidak membahayakan kehidupan ikan. Obat yang biasa digunakan untuk mencegah serangan penyakit atau parasit adalah Kalium Permanganat (KMnO4) dengan dosis berkisar antara 3 - 20 gram untuk setiap meter kubik air. Selama pemberian senyawa kimia ini, air kolam harus dibiarkan tergenang selama sehari dengan cara menutup saluran pemasukkan dan pengeluaran air. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas Kalium Permanganat dalam membunuh semua organisme berbahaya yang terdapat dikolam.
Untuk mencegah serangan jamur, terutama pada kolam penetasan biasanya digunakan Methylen Blue. Jamur biasanya akan menyerang telur-telur ikan terutama bila temperatur air terlalu rendah. Methylen Blue juga dapat digunakan untuk mencegah serangan jamur pada induk maupun anak-anak ikan yang dipelihara.Benih penyakit atau parasit dapat masuk ke kolam karena terbawa air, tumbuhan air atau benda maupun binatang lain yang sengaja dimasukkan sebagai hiasan. Selain itu, benih penyakit atau parasit dapat pula terbawa oleh binatang jasad renik makanan ikan, seperti jentik nyamuk (cuk), kutu air (cladocera, daphnia), cacing sutera. 
Pada umumnya, penyakit atau parasit ikan dapat bertahan hidup di perairan yang ada ikannya, terutama di perairan yang kondisi lingkungannya buruk. Oleh sebab itu agar tidak menjadi sumber penyebab menularnya penyakit atau parasit, makanan alami sebaiknya diambil dari suatu tempat yang benar-benar bersih. Perlakuan karantina, baik terhadap makanan alami, benda maupun organisme yang dimasukkan merupakan cara lain untuk mencegah penularan benih penyakit atau parasit. Diharapkan setelah dikarantina selama 1 - 2 minggu, benih penyakit atau parasit akan mati karena tidak menjumpai ikan sebagai salah satu inang dalam siklus hidupnya. Dengan tujuan serupa, air yang akan digunakan sebagai media budidaya sebaiknya dibiarkan dahulu dalam udara terbuka selama beberapa hari.
 
Support : Digital Areas | MegaCara
Copyright © 2011. Budidaya Ikan Mas Koki - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger